SEJARAH AGAMA BUDDHA DAN PAKAR AGAMANYA
Disusun guna memenuhi tugas ulangan tengah semester mata kuliah
Perbandingan agama
- Dosen Pengampu: Imamul Huda, M.Pd. I.
Disusun Oleh:
1. Muhammad Agus
Bastian (23010150157)
2. Nurul Atika (23020250176)
3. Oki Wariati (23010150180)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb.
Alhamdulilahhirrohmanirrohim,
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul“Sejarah Agama Buddha dan
Pakar Agamanya ” sesuai waktu yang telah ditentukan. Makalah ini penulis buat bertujuan
menambahkan wawasan tentang agama buddha. Terselesainya makalah ini juga tidak
luput dari bantuan buku referensi dari perpustakaan dan teman-teman yang selalu
mendukung dalam proses penyelesaiannya. Dan ucapan terima kasih kepada Imamul Huda, M.Pd. I. selaku
dosen pengampu mata kuliah Perbandingan Agama.
Waktu,
tenaga, pikiran telah penulis usahakan semaksimal mungkin. Namun, dalam usaha
yang maksimal tersebut penulis menyadari tentu masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran akan penulis terima sebagai
penyempurnaan makalah selanjutnya. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum
wr. wb.
Salatiga, April 2017
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Agama adalah pondasi setiap umat, namun juga terdapat negara barat
yang warganya tidak memiliki agama apapun atau tidak menganut agama apapun. Di
Indonesia sendiri terdapat berbagai macam agama yang dianut salah satunya yaitu
agama Buddha.
Di dalam mempelajari agama Buddha kita jangan terpengaruh pada
kenyataan yang ada sekarang ini. Memang Jepang adalah negara yang
menyebarluaskan agama Buddha Niciren Syosyu ini. Tapi kita harus membacanya
secara ilmiah, bukan terpengaruh bahwa Jepang sekarang ini adalah negara maju,
bahwa Jepang itu dulu kejam di Pontianak, di Indonesia. Kita harus memandang
kenyataan tersebut dari sudut Buddhologi. Kalau kita memperdalam sejarah agama
Buddha, maka setiap negara setiap waktu itu mempunyai arti di dalam penegakkan
agama Buddha. Bila kita tinjau dari permulaan, agama Buddha dilahirkan di
negara India dan yang pertama membabarkan adalah Sang Buddha Sakyamuni. Beliau
sampai pada kesadaran pertama didalam keadaan masyarakat India yang saat itu,
di mana masih ada kasta dan pemujaan terhadap bermacam-macam dewa.
Sehingga dari sekilas pemaparan tersebut penulis akan menjelaskan
lebih rinci kembali mengenai sejarah dan bagaimana pakar dalam agama Buddha.
Untuk itu penulis mengambil judul “Sejarah Agama Buddha dan Pakar Agamanya”.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian Agama Buddha?
2.
Bagaimana
lahirnya sejarah Agama Buddha?
3.
Bagaimana
kisah Buddha Gautama?
4.
Sejarah
perkembangan Agama Buddha?
5.
Siapa
pembawa ajaran Agama Buddha?
6.
Apa
saja agama yang dibawa Buddha?
7.
Bagaimana
konsep Ketuhanan beserta kitab sucinya?
8.
Bagaimana
ajaran-ajaran pokok Agama Buddha?
9.
Bagaimana
aliran-aliran dalam Agama Buddha?
C.
Tujuan Masalah
1.
Untuk
mengetahui pengertian Agama Buddha.
2.
Untuk
mengetahui lahirnya sejarah Agama Buddhha.
3.
Untuk
mengetahui kisah Buddha Gautama.
4.
Untuk
mengetahui perkembangan Agama Buddha
5.
Untuk
mengetahui pembawa ajaran Agama Buddha
6.
Untuk
mengetahui agama yang dibawa Buddha
7.
Untuk
mengetahui konsep Ketuhanan beserta kitab sucinya
8.
Untuk
mengetahui ajaran-ajaran pokok Agama Buddha
9.
Untuk
mengetahui aliran-aliran dalam Agama Buddha
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Agama Buddha
Kata agama berasal dari kata
Sansekerta untuk menunjuk kepercayaan agama Hindhu dan Buddha. Dalam
perkembangannya kata ini diserap ke dalam bahasa Indonesia dan di pakai untuk
menyebut kepercayaan yang ada di Indonesia secara umum. Menurut Harun Nasution,
kata agama berasal dari kata A dan Gam, A diartikan tidak dan gam
diartikan pergi. Jadi, secara harfiah agama berarti tidak pergi.
Kata “Buddha” berarti “Yang Sadar”
atau “Yang Tercerahkan”.
Sesosok Buddha sebelumnya adalah seorang manusia seperti kita, yang berhasil
mencapai puncak tertinggi pengembangan spiritual, melalui pemurnian dan
pengendalian pikiran, mencapai penyempurnaan tertinggi yang juga dimungkinkan
bagi siapa saja. Setelah menyadari Kebenaran, Ia adalah sosok yang telah
menemukan Kebahagiaan Sejati dalam menyadari hakikat sejati dari segala
sesuatu. Dengan pencapaian Pencerahan (menyadari kebenaran sebagaimana adanya).
Kebijaksanaan dan Welas Asih menjadi sempurna, di samping sifat-sifat positif
lain yang tak terhitung jumlahnya. Sesudah menjadi sesosok Buddha, yang
bersangkutan melalui keterbatasan manusia dan menjadi jauh lebih agung daripada
seorang manusia, meraih kedamaian dan pembebasan tertinggi.
Perkataan Buddha terbentuk dari kata
kerja “budh” yang artinya bangun; bangun dari dalam kesesatan dan keluar
ditengah-tengah cahaya pemandangan yang benar. Buddha adalah orang yang
mendapat pengetahuan dengan tidak mendapat wahyu dari Tuhan dan bukan lagi
seorang guru, sebagaimana disebutkan dalam Mahavagga1, 67,; “Aku sendiri yang
mencapai pengetahuan, akan kukatakan pengikut siapakah aku ini? Aku tak
mempunyai guru, aku guru yang tak ada bandingannya.”
B.
Sejarah Lahirnya Agama Buddha
Agama Buddha lahir dan berkembang
pada abad ke-6 SM. Agama ini memperoleh namanya dari panggilan yang diberikan
kepada pendirinya yaitu Siddharta Gautama. Yang memiliki sebutan Buddha.
Siddharta Gautama mendapat sebutan Buddha, setelah menjalani sikap hidup penuh
kesucian, bertapa, berkhalwat, mengembara untuk mencari kebenaran selama hampir
tujuh tahun lamanya, dan di bawah sebuah pohon yang besar di kota Goya ia
memperoleh hikmat dan cahaya hingga sampai kini pohon tersebut disebut Pohon
hikmat.
Dalam kepercayaan para pemeluk agama
Buddha, diketahui beribu-ribu orang yang mendapatkan gelar kehormatan Buddha.
Untuk masa sekarang orang yang dapat pencerahan dan gelar tersebut adalah
Sidharta Gautama, Buddha yang ke 28 sekaligus pendiri agama Buddha sebagaimana yang
kita kenal.
Selain mendapatkan gelar Buddha,
Sidharta juga telah mendapat gelar Bhagoua (orang yang menjadi sendiri tanpa
guru yang mengajar sebelumnya), sakya mimi (petapa dari suku Sakya), Sakya
sumba (singa dari suku Sakya), Sugata (orang yang datang dengan selamat),
Suaria Siddha (orang yang terkabul semua permintaannya).
Jika kita telusuri lebih jauh,
secara etimologi, kata Buddha berasal dari “Buddh” yang berarti bangun atau
bangkit, dan dapat pula berarti pergi dari kalangan orang bawah atau orang
awam. Kata kerjanya “bujjhati”, antara lain berarti bangun, mendapatkan
pencerahan, mengetahui, mengenal, atau mengerti. Dengan kata lain, Buddha
mengandung beberapa pengertian diantaranya ialah orang yang telah memperoleh
kebijaksanaan sempurna, orang sadar secara spiritual, orang yang siap sedia
menyadarkan orang lain secara spiritual, serta orang yang bersih dari kotoran
batin yang berupa dosa (kebencian), labha (serakah), dan moha (kegelapan).
Dengan demikian Buddha adalah orang
yang telah mencapai penerangan sempurna. Semua yang serupa dengan Siddartha
Gautama yang menjadi pendiri agama Buddha, telah mendapatkan julukan dengan
nama Buddha, karena ia adalah seorang yang telah mencapai penerangan sempurna,
pada waktu usia 35 tahun atau lebih dari 2.500 tahun silam di India.
Setelah kehidupan awalnya yang penuh
kemewahan di bawah perlindungan ayahnya, raja Kapilawastu (kemudian hari
digabungkan pada kerajaan Magadha), Sidharta melihat kenyataan kehidupan
sehari-hari dan menarik kesimpulan bahwa kehidupan nyata, pada hakekatnya
adalah kesengsaraan yang tak dapat dihindari. Sidhartha kemudian meninggalkan
kehidupan mewahnya yang tak ada artinya lalu menjadi seorang pertapa. Kemudian
ia mendapat bahwa bertapa juga tak ada artinya, dan lalu mencapai jalan tengah
(majhima patibada). Jalan tengah ini merupakan sebuah kompromis anatar
kehidupan berfoya-foya yang terlalu memuaskan hawa nafsu dan kehidupan bertapa
yang terlalu menyiksa diri.
Di bawah pohon Bodhi, ia berkaul
tidak akan pernah meninggalkan posisinya sampai ia menemukan kebenaran. Pada
usia 35 tahun, ia mencapai Pencerahan. Pada saat itu dikenal dengan Gautama
Buddha, atau hanya “Budha” saja, sebuah kata Sansekerta yang berarti “ia yang
sadar” (dari kata budhta). Untuk 45 tahun selanjutnya, ia menelusuri dataran
Gangga di tengah India (daerah mengalirnya sungai Gangga dan anak-anak
sungainya), sembari menyebarkan ajarannya kepada sejumlah orang yang
berbeda-beda. Keenggangan Nudha untuk mengangkat seorang penerus atau
meresmikan ajarannya mengakibatkan munculnya banyak aliran dalam waktu 400
tahun selanjutnya: pertama aliran-aliran mahzab Budha Nikayayang sekarang masih
tersisa Theravada, dan kemudian terbentuknya mahzab Mahayana, sebuah gerakan
pan-Buddha yang didasarkan pada penerimaan kitab-kitab baru. Hari-hari besar umat
Buddha itu disebut dengan hari raya Tri Suci Waisak merupakan hari raya
terbesar agama Buddha, dimana memperingati tiga peristiwa penting yakni
kelahiran Sidharta, pencapaian penerangan yang sempurna, dan parinibbana-nya
sang Buddha.
Hal yang melatarbelakangi masyarakat
berpindah dari agama hindu ke agama Buddha yaitu karena dalam ajaran agama
Buddha tidak adanya kesenjangan sosial politik (kasta), serta mempunyai aturan
hidup sehingga jauh dari kekerasan.
C.
Kisah Buddha Gautama
Buddha bukan nama orang melainkan
gelar. Nama pendiri agama Buddha ialah Sidharta Gautama atau biasa disebut
Cakyamuni, artinya orang tapa dari suku turunan cakyas. Sidharta Gautama
dilahirkan dari seorang raja Sudhodana di Kapilawastu, sebelah utara Benares di
daerah Nepal sekarang, di lereng pegunungan Himalaya pada tahun 566 sebelum
Masehi. Diwaktu beliau dilahirkan oleh beberapa orang Brahmana pandai,
diramalkan bahwa anak itu akan meninggalkan keraton dan menjadi bikshu, yakni
seorang padri yang hidupnya mengemis. Sudhodana sangat masgul mendengar ramalan
itu. Ia mencoba memikat hati putranda dengan memanjakannya dengan segala
kenikmatan hidup.
Dengan cara demikian tidaklah akan timbul keinginannya untuk meninggalkan
segala kenikmatan itu dan menggantinya dengan hidup yang serba berat dan penuh
penderitaan sebagai bikshu. Untuk Sidharta didirikan keraton indah-indah.
Disekitarnya, hanya ada orang muda, sehat dan cantik, hingga Sidharta tak lagi
mengenal sakit, kesusahan, kesengsaraan, dan memauan.
Ia mendapat pengajaran yang sempurna
dalam segala kecakapan dan ilmu yang perlu bagi seorang Ksatria, sehingga dalam
segala pertandingan ia selalu menang. Istri Yasodhara didapatkan dalam sebuah
Swayamwara, sesuai dengan kaum Ksatrya pada masa itu. Ia kawin dikala umur 15
tahun, dan mendapat seorang putra bernama Ragula. Demikianlah hidup Sidharta
selalu diliputikesenangan dan kenikmatan, tapi hukum karma tak dapat dielakkan,
segala tembok dan segala peraturan sia-sia belaka. Beberapa peristiwa
menggoncangkan hidupnya, secara kebetulan ia berturut-turut, melihat 4
peristiwa, 1 seorang panti jompo, 2 orang sakit, 3 mayat yang sedang diangkut
dan 4. seorang pengemis keramat.
Pada waktu perginya para dewa
membantunya. Ia pergi pada suatu malam dengan menaiki kudanya Kanthaka dan
diiringi oleh pengawalnya Ghanna namanya. Pagi hari setelah Sidharta jauh dari
Kapilawastu dan sampai di hutan, pakainnya yang serba indah dibukanya dan
diganti dengan pakaian sederhana. Ia berjalan kaki dan kuda beserta pengawalnya
Ghanna disuruh pulang. Ia terus mengembara mencari pengetahuan batin yang
setinggi-tingginya. Enam tahun ia mengembara, belum juga dapat apa yang
dicarinya. Pada waktu ia duduk di bawah pohon Bodhi (=ilmu pengetahuan,
keinsyafan) datanglah si dewa jahat menggoda, tidak dapat dikalahkannya. Dan
sesudah mengalahkannya itu, ia tahu, mahatahu. Ia tahu sebab segala penderitaan
di dunia ini, dan bagaimana cara menghilangkannya. Sejak itulah Sidharta
menjadi Buddha artinya disinari. Menurut riwayat , peristiwa itu terjadi pada
tahun 531 sebelum Masehi, dan pada waktu itu Sidharta berusia 35 tahun.
Ia menyiarkan keyakinannya di
negeri-negeri suci Buddha selama 45 tahun, ia melihat penganut-penganutnya
makin bertambah, bahkan raja-raja, rakyat se negara datang berduyun-duyun
meminta wejangan petunjuk hidup. Ketika 80 tahun Cakyamuni meninggal, atau
dikatakannya menurut istilah ke-buddhaan ia naik ke Nirwana. Jenazahnya dibakar
dengan upacara kebesaran dan abunya dibagi-bagikan kepada penganut-penganutnya
yang datang dari tempat jauh, dalam 8 bagian, lalu disimpan dalam upacara pula
dalam stupa yang istimewa. Bagi seorang penganut Buddha di negerinya ada 4
tempat suci yaitu tempat lahir Buddha di Kapilawastu; pohon Bodhi dimana
pikirannya mulai terbuka; Bernares, tempat ia mulai mengajarkan ajarannya yang
pertama kali; tempat ia meninggal dunia di Kucinagara.
D.
Sejarah Perkembangan Agama Buddha
Agama Buddha berganti-ganti
mengalami masa maju dan surut. Sejak Sang Buddha Gautama pertamakali
mengajarkan agama yang dibawanya, beliau selalu mendapat hasil yang cemerlang.
Banyak orang mau mendengarkan pengajarannya dan menjadi pengikutnya. Buddha
mendapat hasil besar dalam usaha menyebarkan ajarannya, karena ia bertindak
terhadap agama Brahmana yang sedang merosot pada waktu itu.
Kemudian disusul pula oleh suatu kemajuan yang
diperoleh pada waktu Pemeritnah Kaisah Ashoka pada tahun 272 sebelum Masehi,
sehingga waktu itu agama Buddha dijadikan agama negara. Putra raja sendiri
Mahinda menjadi pengajar agama dan dikirim ke Sailan. Tahun 232 sM. Raja Ashoka
wafat. Sesudah mengalami suatu kemajuan yang pesat, yaitu antara tahun 200 dan
800 maka tibalah masa surut selama 4 abad. Mnejelang permulaan kekuasaaan Islam
di sekitar tahun 1200 agama Buddha kehilangan pengaruh di India, hingga dewasa
ini tinggal beberapa ratus ribu jiwa saja jumlah pengikut Buddha di India, dan
mereka tinggal sebagianbesar di Sailan.
Di negeri-negeri Asia yang lain masih terdapat penganut berhubung dengan
banyaknya pengikut-pengikut Buddha sejak dahulu kala dan karena kebijaksanaan
yang memancar dari pengajarannya, dapatlah Buddha disebut “sinar timur dari
India”. Walaupun agama Buddha mengalami kemunduran dan kemusnahan di negerinys
yang asli, tetapi di luar India agama ini menjejakkan kakinya dengan kuat sampai
sekarang ini.
Pada abad kesatu Masehi para
pengajar Buddha mulai masuk ke Tiongkok. Abad keempat Masehi agama Buddha di
Tiongkok sudah mendapat temapt yang utama dan tersiar luas. Dari Tiongkok terus
meluas ke Korea. Pada pertengahan abad ke V M. Birma di Buddhakan oleh Sailan.
Setelah seabad kemudian Jepang di Buddhakan oleh Korea, dan seterusnya Muang
Thai juga memeluk agama Buddha. Dahulu kala agama Buddha tersiar juga di
Indonesia. Mula-mula Buddha Hinayana, yakni pada permulaan zaman Hindu.
Kemudian pada abad ke VII M. Agaam Buddha Mahayana masuk ke Sriwijaya dan pada
abad ke VII masuk ke Jawa, yang menyebarkan timbulnya candi-candi komplek Borobudur,
Kalasan dan candi sewu. Candi-candi itu memang bentuknya tidak sama dengan
bangunan-bangunan di dtempat asal Buddha. Akhirnya agama Buddha di persatukan
dengan Ciwaisme, juga dengan kepercayaan-kepercayaan asli orang Indonesia,
hingga timbul seorang dewa yang bernama Ciwa Buddha. Dan akhirnya sekarang
sedikit sekali orang yang bergama Buddha.
Beberapa tahun lalu, kebetulan pada
masa Eropa, orang sedang giat menyelidiki alam fikiran dan agama Timur, agama
Buddha pun mulai dikenal. Nilai-nilai pengajaran Gautama dengan halusnya jalan
fikiran dan cita-cita kelepasannya memang berlainan dengan agama-agama yang
biasa dianut oleh orang Eropa Barat. Karena itu banyak orang Eropa dan kemudian
juga orang Amerika, yang merasa tertarik mereka masuk agama Buddha.
Jumlah penganut agama Buddha diduga
hingga sekarang ada 500 juta orang, di Amerika saja ditaksir ada 160 ribu
orang.
Agama Buddha sebagai suatu aliran, sebagai satu agama dunia disamping
agama-agama lain dan sebagai saru cara berfikir manusia dalam percobaan hendak
memecahkan soal hubungan anatara makhluk dan yang Maha Ghaib, juga dijadikan
suatu mata pelajaran dalam perguruan-perguruan tinggi di dunia.
E.
Pembawa Ajaran Agama Buddha
Banyak orang yang menyakini bahwa
Sidharta memiliki keistimewaan yang tidak dimilii oleh orang pada umunya. Konon
keistimewaan itu sudah terlihat dan mengiringi Sidartha sejak ia masih di dalam
kandungan. Setelah mengalami proses kelahiran yang penuh keajaiban itu,
Sidartha Gautama menjalani hidup sebagai putra raja Sudhodhanan.
Kehidupan secara garis besar dibagi
atas empat periode, yaitu:
1.
Buddha
sebagai pangeran Sidartha
Periode ini dimulai sejak dari kelahiran Sidartha hingga ia berusia
29 tahun. Ia hanya ingin menjadi Buddha jika ia melepaskan kedudukan atas tahta
yang ditawarkan oleh orang tuanya. Sebenarnya, raja Sudhodhana lebih
menginginkan agar Sidartha menjadi raja yang besar dan berkuasa ketimbang
menjadi seorang Buddha. Pertama, tanpa diduga ia bertemu dengan orang yang
sudah sangat tua diluar istana; kedua, ia bertemu dengan orang yang sakit
mengerikan; ketiga, dengan orang yang meninggal dunia; keempat, ia berjumpa
dengan petapa yang sederhana yang memperlihatkan wajah penuh kedamaian dan
pandangannya sangat tenang. Karena beberapa perjumpaan tersebut, Sidartha kemudian
memutuskan meninggalkan istana pada tahun 29 tahun, setelah itu Sidharta
menyepi tujuh hari tujuh malam disungai Anoma untuk merenungi kehidupan yang
dijalaninya.
2.
Sidartha
Gautama sebagai seorang petapa
Setelah tujuh malam merenungi kehidupan, Sidartha Gutama kemudian
berguru pada dua Brahmana yang termasyur dimasa itu, yaituAlaraklama dan Udnaka
Ramaputra. Akan tetapi pelajaran yang diperoleh dari kedua Brahmana tersebut
tidak mampu memuaskan hati dan dahaga Sidartha. Karena itulah, ia memutuskan untuk
meninggalkan kedua pendeta itu. Selanjutnya ia menuju dan tinggal di Uruwela.
Semenjak Tinggal di Uruwela, Sidartha memulai kehidupannya yang baru. Ia
menjalani hidup dengan menyiksa diri, berpuasa, serta menjalani segala cobaan
untuk menguasai dirinya. Sejak, saat itu dikenal dengan pertapa suci. Kemudian,
ada lima orang pertapa yang berguru kepadanya untuk mencari kebahagiaan hidup,
yaitu Kondana, Badiya, Wappa, Mahanama, Asaji. Karena dia sadar cara bertapanya
yang salah, akhirnya Sidartha menghentikan ritual tapanya. Maka sejak itu, ia
bertekat menempuh jalan yang dianggapnya benar, dengan usahanya sendiri
menyelidiki, merenungkan, dan menembus kedalam batinnya sendiri. Selain
berusaha menguatkan kekuatan batinnya Sidartha juga melatih dirinya untuk
menguasai keinginan-keinginan terhadap kenikmatan dan rangsangan indrawi.
3.
Mendapatkan
penerangan dan menjadi Buddha
Setelah melalui perjuangan yang panjang dari beberapa ritual yang
ia lakukan, akhirnya Sidartha berhasil mendapatkan penerangan dan menjadi
Buddha. Dalam meditasi itu , Sidartha berhasil mendapat petunjuk berupa ilmu
pengetahuan tinggi yang meliputi hal-hal berikut:
a)
Pubbenivasanussati,
yaitu pengetahuan tentang hidup dan proses kelahiran kembali
b)
Dibacakku,
yaitu pengetahuan dari mata dewa dan mata batin
c)
Cuti
upapatana, yaitu pengetahuan bahwa timbul dan hilangnya bentuk-bentuk
kehidupan, baik atau buruknya bergantung pada perilaku masing-masing
d)
Asyakkhyanana,
pengetahuan tentang padanya semua kecenderungan dan avidya, tentang mehilangkan
ketidaktahuan
Akhirnya pada usia 35 tahun, Sidartha berhasil menjadi menjadi
buddha setelah tercapainya penerangan tersebut. Ia pun menjadi Accharya Manusa
atau guru bagi manusia untuk mendapatkan penerangan hidup dan melepaskan diri
dari kesengsaraan.
4.
Mengajarkan
Darma
Setelah mendapatkan penerangan dan pengetahuan yang sempurna,
Sidartha bangkit dari pertapaannya dan berangkat menuju kota Benares, tempat
suci dan tempat ziarah bagi penganut agama Hindu. Sebelum sampai dikota
Bernares, disuatu tempat yang bernama Sarnath, ia berjumpa dengan lima rahib
bekas muridnya.
Kelima murid Sidartha tersebut yang kemudian menyampaikan dan
mengajarkan himpunan ucapannya, yang disebut sebagai khotbah pertama dalam
sejarah agama Buddha. Kotbah pertama itulah yang menjadi asas dasar ajaran
seluruh agama Buddha yang kemudian terkenal dengan sebutan “empat kebenaran
utama”. (catu arya sacca) dan “delapan jalan kebajikan” (arya attha ngika
magga).
Selama kurang lebih 45 tahun, Sidartha Gautama berkelana menyebarkan
Darma kepada umat manusia dengan penuh cinta kasih, dan kasih sayang. Saat usia
80 tahun ia mulai berfirasat dan menyadari bahwa 3 bulan lagi, ia kana mencapai
parinibbana.
Suatu waktu menjelang akhir kehidupannya Sidartha Gautama
memberikan kotbah darma terakhir kepada siswa-siswinya. Ketika itu, kondisinya
sedang sakit dan terbaring diantara dua pohon sala di kusinagara saat
memberikan wejangan kepada murid-muridnya. Setelah itu ia parinibbana (versi
Buddiame mahaya, ia wafat pada 486 SM hari ke 15 bulan ke dua kalender Lunar.
Sedangkan menurut versi WFB ialah ada bulan Mei 543 SM.
F.
Agama Yang Dibawa Buddha
Sebenarnya agama Buddha seperti yang
sekarang ini tak dapat disebut “agama” dalam arti yang sebenarnya, karena tak
ada dalam agama Buddha ajaran tentang Tuhan dan sebagainya, seperti yang
didapat dalam agama-agama lain. Dewa dalam agama Buddha bersifat sebagai
makhluk, takluk kepada hukum alam “rusak” dan “berubah” seperti manusia.
Beberapa riwayat yang pernah dikemukakan oleh para ahli filsafat, yaitu Buddha
pernah berkata bahwa beliau tidak
sebagai makhluk, takluk kepada hukum alam “rusak” dan berubah.
Buddha Gautama sendiri bukanlah
Tuhan atau penjelmaan Tuhan di dunia ini, melainkan seorang manusia biasa.
Dalam agama Buddha tidak pernah diajarkan, bahwa seseorang Buddha itu menjadi
pencinta alam ini, atau memeritnah dunia, melainkan hanya guru yang memberikan
pengajaran yang benar kepada manusia. Agama Buddha lebih tepat disebut The
philosophy of life (filsafat hidup) yang mempunyai pokok-pokok pelajaran
tentang pelepasan dari penderitaan kekuatannya sendiri.
Selanjutnya agama Buddha tidak mengakui kesucian kitab-kitab Weda, dan tentang
status manusia, Buddha telah menentukan bahwa manusia itu seluruhnya sama,
tidak ada kelebihan satu sama yang lain, melainkan dengan zuhud dan
pengetahuannya.
Pokok-pokok ajaran agama Buddha
terdapat tiga bagian:
1.
Tentang
Buddha yang teladan hidupnya sebagai tuntutan bagi penganut-penganutnya sudah
sepintas kilas kita ketahui pada bab pertama.
2.
Dharma
adalah pengakuan atau syahadat bagi orang Buddha, yaitu:
a)
“Saya
berlindung diri di bawah Buddha”
b)
“Saya
berlindung diri di bawah Dharma”
c)
“Saya
berlindung diri di bawah Sagha”
Dharma atau kewajiban hidup, artinya
wet atau hukum bagi orang Buddha. Ringkasnya termasuk apa yang dinamakan kenyataan
utama empat, dan dalam rantai atau rangkaian dua belas. Dua hal inilah yang
dipakai oleh Sang. Cakyamuni di waktu ia duduk di bawah pohon Bodhi.
Kenyataan Utama Empat Caryastyani
atau biasa disebut kenenaran, mengandung hukum:
1.
Manusia
hidup pasti disertai penderitaan
2.
Yang
menyebabkan penderitaan adalah keinginan
3.
Penderitaan
dapat dihilangkan oleh karena memadamkan keinginan dan dapat mencapai nirwana
4.
Memadamkan
keinginan dan mencapai nirwana itu dapat tercapai dengan hidup melalui delapan
jalan, yaitu hidup menurut peraturan yang diterapkan oleh Buddha.
Delapan
jalan yang diterapkan Buddha ialah sebagai berikut:
1.
Kepercayaan
yang benar
2.
Kehendak
dan angan-angan yang benar
3.
Perkataan
yang benar
4.
Tingkah
laku yang benar. No. 1 s/d 4, (empat dari delapan ini untuk semua orang dan
selanjutnya dari no. 5 s/d 8 khusus bagi para rahib).
5.
Cara
hidup yang benar
6.
Semangat
yang benar dalam mempelajari undang-undang
7.
Minat
yang benar dalam mengingat undang-undang
8.
Bersamadi
yang benar
Orang yang patuh pada delapan jalan tersebut di atas ada empat
tingkat:
1.
Tingkat
mereka yang mulai masuk agama Buddha
2.
Tingkat
mereka yang akan lahir ke bumi sekali lagi
3.
Tingkat
mereka yang tidak akan lahir kembali
4.
Tingkat
arhat yang mencapai kelepasan sebagai manusia di dunia ini dan bila mati akan
masuk langsung ke nirwana
Dalam buku Winaya, salah satu dari
buku Tripilaka, di mana, ada tertulis beberapa hal yang diajarkan oleh
Buddha untuk mematikan nafsu hidup artinya untuk berfikir dan hidup yang baik
yang terkenal dengan nama dasasila atau sepuluh larangan, yaitu:
1.
Tidak
boleh membunuh
2.
Tidak
boleh mengambil sesuatu tanpa izin
3.
Tidak
boleh berzina
4.
Tidak
boleh makan dan minum yang memabukkan
5.
Tidak
boleh berbuat bohong
6.
Tidak
boleh melhat tontonan kesenangan seperti nyanyian-nyanyian, tari-tarian dan
sebagainya
7.
Tidak
boleh memakai karangan bunga, bau-bauan dan perhiasan diluar batas
8.
Tidak
boleh tidur di tempat tidur serba mewah
9.
Tidak
boleh makan, kecuali dalam waktu yang telah ditentukan
10.
Tidak
boleh menerima hadiah emas atau perak
Para rahib atau bikshu itu kepalanya
harus gundul dan berpakaian kuning. Setiap hari mereka harus mencari makanannya
dengan minta-minta dari rumah ke rumah, dan hanya untuk makan sekali sehari
saja. Mereka diam bersama-sama di biara, masing-masing dalam sebuah bilik dan
disitu mereka tafakur bersemedi untuk mencari tingkat Buddha. Pada waktu yang
ditentukan mereka harus berpuasa (upawasa).
G.
Konsep Ketuhanan Beserta Kitab Sucinya
Perlu ditekankan bahwa Buddha bukan
Tuhan. Konsep ketuhanan dalam agama Buddha berbeda dengan konsep ketuhanan
dalam agama samawi. Dimana alam semesta diciptakan oleh Tuhan dan tujuan akhir
dari hidup manusia adalah kembali ke surga ciptaan yang kekal. Bila kita
mempelajari ajaran agama Buddha dalam kitab suci tripitaka maka bukan hanya
konsep ketuhanan yang berbeda dengan konsep ketuhana yang lain, tetapi tidak
sama pula. Konsep agama Buddha yang berlainan dengan konsep agama lain anatara
lain adalah konsep tentang alam smeesta, terbentunya bumi dan manusia,
kehidupan manusia di alam semesta, kiamat dan keslamatan atau kebebasan.
Didalam agama Buddha tujuan akhir
manusia adalah mencapai kebuddhaan (anutara samyak sambodhi) atau pencerahan
sejati dimana roh manusia tidak lagi mengalami lagi tumimbal lahir. Untuk
mencapai itu pertlongan dan bantuan dari pihak lain tidak ada pengaruhnya.
Tidak ada dewa-dewa yang membantunya, hanya dengan kebuddhaan dapat dicapai.
Buddha hanya merupakan contoh, juru pandu, dan guru bagi makhluk yang perlu
melalui jalan mereka sendiri, mencapai pencerahan rohani, dan melihat kebenaran
dan realita yang sebenar-benarnya.
Sebagaimana agama islam dan kristen,
agama buddha juga menjunjung tinggi nilai kemoralan. Selain nilai-nilai moral,
agama Buddha juga amat menjunjung tinggi karma sebagai sesuatu yang berpegang
pada prinsip sebab akibat. Kamma atau bahasa pali atau karma (bahasa dalam
sansekerta) berarti perbuatan atau aksi. Jadi, pada aksi atau karma baik dan
ada pula aksi atau karma buruk. Saat ini, istilah karma sudah terasa umum
digunakan, namun cenderung diartikan secara keliru sebagai hukuman turunan atau
hukuman berat dan lain sebagainya. Guru Buddha dalam nibbedhik sutta, anguttara
nikaya VI: 63 menjelaskan secara jelas arti dari kama: “para bikkhu, cetana
(kehendak)lah yang kunyatakan sebagai kama. Setelah berkehendak, orang
melakukan tindakan lewat tubuh, ucapan atau pikiran”. Jadi, kamma berarti semua
jenis kehendak atau cetana, perbuatan yang baik maupun buruk yang dilakukan,
oleh jasmani (kaya), perkataan (vaci), dan pikiran (mano), yang baik (kusala),
maupun yang jahat (akusala). Kamma atau disebut sebagai hukum kamma merupakan
hukum alam yang bekerja bedasarkan prinsip sebab akibat. Selama suatu makhluk
berkehendak, melalui kamma perbuatan sebagai sebab maka akan menimbulkan akibat
atau hasil. Akibat atau hasil yang ditimbulkan dari kamma disebut sebagai kamma
vipaka.
Tatkala sesudah Buddha Gautama
meninggal pada tahu 483 SM, sembilan ratus murid berembug terkait rumusan sari pokok-pokok
ajaran damma dan itu cukup direkam dan disebar luaskan secara turun temurun
dengan lisan setelah 1 abad, ada konsili kedua pada pertengahan abad ke empat
disinilah awal mula menjadi dua aliran. Aliran pertama yakni golongan
konservatif yang masa pada belakangan lebih dikenal dengan aliran theravada,
aliran ini lebih bersikap mempertahankan kesederhanaan ajaran sakiyamuni. Sedangkan
golongan kedua yakni golongan liberal, yang memberikan penafsiran-penafsiran
lebih bebas dari ajaran sakiya muni dan belakangan dikenal dengan aliran
mahayana. Pada tahun 244 SM dterjadi konsili ke tiga yang dilakukan oleh
anjuran kaisar asoka. Pada masa itu pokok-pokok ajaran buddha disusun secara
tertulis didalam bahasa pali, terdiri dari tiga himpunan yang disebut dengan
Tripitaka. Arti Tripitaka sendiri yakni Tri itu bermakna tiga, dan pitaka itu
bermakna bakul, tapi dimaksudnya bakul hikmat.
H.
Ajaran-Ajaran Pokok Agama Buddha
Isi dari penerangan yang diterima
Gautama itulah yang menjadi pokok ajaran Buddhisme. Pada ajaran itu terdiri
dari empat kebenaran pokok (arya satyani). Berikut empat kenenaran luhur itu,
yaitu pertama, hidup adalah menderita (dukkha). Kedua, penderitaan itu ada
sebabnya (samudaya). Ketiga, sengsara bisa dibatasi dengan melenyapkan
keinginan (niroda). Keempat, jalan mengatasi sebab-sebab itu terdiri dari
delapan jalan atau marga. Ajaran ini merupakan khotbah pertama Buddha yang
dipaparkan di taman kijang di Benares.
I.
Aliran-aliran Agama Buddha
Didalam Agama Buddha terbagi menjadi
dua aliran, yaitu Hinayana dan Mahayana. Di dalam Hinayana terdapat dua macam
pokok yaitu: Theravada dan Sarwastivada. Sedangkan di Mahayana pecah mejadi
banyak aliran. Tiap-tiap aliran menekankan salah satu dari banyak jalan untuk
mendapatkan kelepasan. Pada kira-kira tahun 150 M. didirikan aliran Madhyamika
oleh Nagarjuna, yang mengajarkan bahwa kelepasan dapat di capai dengan
melaksanakan hikmat, dalam arti merenungkan sunyata (kekosongan). Sedangkan Aliran Yogacara yang didirikan oleh
Asanga, yang dipengaruhi oleh falsafah Samkhya. Sesudah tahun 500 M. Agama
Buddha di pengaruhi oleh aliran Tantra, yang berkembang di Napal, Tibet,
Jepang, Jawa dan Sumatra.
Hinayana dikenal sebagai Kendaraan
kecil, merupakan golongan yang mempertahankan ajaran asli Buddha Gautama.
Walaupun terbukti telah menyimpang juga dari ajaran asli itu sendiri. Sedangkan
Mahayana dikenal sebagai Kendaraan besar. Yaitu golongan pembaharu agama Buddha
yang lebih banyak menyimpang dari aslinya. Dan mempunyai penganut yang lebih
banyak di banding aliran Hinayana.
1.
Aliran
Hinayana
Perpercahan
antara Hinayana dan Mahanyana berkisar pada dua hal, yaitu mengenai Pribadi
Buddha dan ajaran tentang Dharma dan
Nirwana. Aliran Hinayan mempunyai kepercayaan bahwa dunia kita ini telah
beberapa kali di datangi Buddha sebagai pengajara kepada manusia supaya
terhindar dari penderitaan dan dapat mencapai Nirwana. Jarak waktu kedatangan
Sang Buddhaterjadi pada masa yang lama sekali. Untuk periode sekarang ini Sang
Buddha ialah Siddharta Gautama. Di masa yang akan dating aka nada lagi Buddha
yang lain yang sekarang masih bersemanyam di Surga. Calon Buddha itu di sebut
Boddhisatwa. Ajaran aliran Hinayana mengenai Dharma dan Nirwana adalah sebagai
berikut:
a)
Segala
sesuatu bersifat fana dan hanya berada untuk sesaat saja. Apa yang berbeda
untuk sesaat saja itu disebut dharma. Oleh karena itu tidak ada sesuatu yang
tetap berada. Tidak ada aku yang merasa, sebab yang ada adalah perasaan,
demikian seterusnya.
b)
Dharma-dharma
adalah kenyataan atau relitasyang kecil dan pendek. Yang berkelompok sebagai
sebab dan akibat. Karena pengaliran dharma yang terus-menerus maka timbullah
kesadaran aku yang palsu atau ada”perorangan” yang palsu.
c)
Tujuan
Hidup ialah mencapai Nirwana, tempat kesadaran ditiadakan. Sebab segala
kesadaran adalah belenggu karena kesadaran tidak lain adalah kesadaran terhadap
sesuatu. Apakah yang tinggal berada di dalam Nirwana itu, sebenarnya tidak
diuraikan dengan jelas.
d)
Cita-cita
yang tertinggi ialah menjadai arhat, yaitu orang yang sudah berhenti
keinginannya, ketidaktahuannya, dan sebagainya, dan oleh karenanya tidak
ditaklukkan lagi pada kelahiran kembali.
Kitab
Suci Hinayana:
a)
Vinaya
Pitaka, (peraturan-peraturan golongan para Bhiksu) berbicara mengenai Sangha.
Terdiri dari 3 buah tulisan yang yang membicarakan peraturan peraturan
tata-tertib bagi para bhiksu.
b)
Sutta
Pitaka, (keranjang pengajaran). Memuat 4 buah kumpulan yang besar dari
pelajaran buddha. terdiri dari bermacam-macam ceramah yang diberikan oleh Buddha.
c)
Abhimdhamma
Pitaka, berisi analisis ajaran Buddha. Terdiri dari 7 buah naskah, yang
merupakan uraian-uraian ilmiah yanmg kering tentang dogmatika.
2.
Aliran
Mahayana
Ada
dua kata kunci di dalam ajaran Mahayana yang selalu ada di setiap tulisan-tulisan
Mahayana dan dua kata kunci itu adalah Boddhisatwa dan Sunyata. Di aliran
Mahanyana mengajarkan bahwa di samping Buddha-buddha dunia pada hakikatnya
hanyalah merupakan bayangan Buddha-buddha surga. Asal segala sesuatu yang ada
ini disebut Adhi Buddha.Ajaran
Sang Buddha. Mahayana, yang dilahirkan di India, digunakan atas tiga pengertian
utama:
a) Sebagai
tradisi yang masih berbeda, Mahanyana merupakan kumpulan terbesar dari dua
tradisi Agama Buddha yang ada sekarang ini, yang lainnya adalah Theravada
pembagian ini sering kali diperdebatkan oleh bebagai kelompok.
b) Menurut
cara pembagian Klasifikasi filosofi Agama
Buddha berdasarkan aliran Mahayana, Mahayana merujuk kepada tingkatan
motifasi spiritual yang juga di kenal dengan sebutan Bodhisattvayana
berdasarkan pembagian ini, pendekatan pilihan yang lain disebut Hinayana, atau
Sharavakayana. Hal ini juga di kenal dalam ajaran Theravada, tetapi tidak di
anggap sebagai pendekatan yang sesuai.
c) Mahayana
merujuk kepada satu dari tiga jalan menuju pencerahan, dua lainnya adalah
Hinayana dan Vajrayana. Pembagian pengajaran dalam Agama Buddha Vajrayana, dan
tidak dikenal dalam ajaran Agama Buddha Mahayana dan Theravada. Walaupun
asal-usul keberadaan Mahayana mengacu pada Buddha Gautama, para sejarawan
berkesimpulan bahwa Mahayana berasal dari India pada abad ke 1, atau abad ke 1
SM. Menurut sejarawan, Mahayana menjadi
gerakan utama dalam Agama Buddha di India pada abad ke 5, mulai masa tersebut
naskah-naskah Mahayana mulai muncul pada catatan prasasti di India. Sebelum abad ke 11 (ketika Mahayana masih
berada di India), Sutra-sutra Mahayana masih berada dalam proses perbaikan.
Oleh karena itu, beragam sutra dari sutra yang sama mungkin muncul.
Terjemahan-terjemahan ini tidak dianggap oleh para sejarawan dalam membentuk
sejarah Mahayana. Dalam perjalanan sejarahnya, Mahayana menyebar keseluruh Asia
Timur. Negara-negara yang menganut ajaran Mahayana sekarang ini adalah Cina,
Jepang,Korea dan Vietnam dan penganut Agama Buddha Tibet (etnis Himalaya yang
diakibatkan oleh invasi Cina ke Tibet).
Aliran Agama Buddha Mahayana sekarang ini adalah “Pure Land”, Zen,
Nichiren, Singon, Tibetan dan Tendai. Ketiga terakhir memiliki aliran
pengajaran baik Mahayana maupun Vajrayana.
Kesimpulan
Buddha adalah orang yang telah
mencapai penerangan sempurna. Agama Buddha merupakan agama yang dibawa oleh
Sidartha Gautama. Melaui kisah-kisdahnya. Buddha Gautama sendiri bukanlah Tuhan
atau penjelmaan Tuhan di dunia ini, melainkan seorang manusia biasa. Konsep
ketuhanan dalam agama Buddha berbeda dengan konsep ketuhanan dalam agama
samawi. Dimana alam semesta diciptakan oleh Tuhan dan tujuan akhir dari hidup
manusia adalah kembali ke surga ciptaan yang kekal. Bila kita mempelajari
ajaran agama Buddha dalam kitab suci tripitaka maka bukan hanya konsep
ketuhanan yang berbeda dengan konsep ketuhana yang lain, tetapi tidak sama
pula.
Terdapat ajaran dari Sidartha
Gautama yang terdiri dari empat kebenaran pokok (arya satyani), yaitu pertama,
hidup adalah menderita (dukkha). Kedua, penderitaan itu ada sebabnya
(samudaya). Ketiga, sengsara bisa dibatasi dengan melenyapkan keinginan
(niroda). Keempat, jalan mengatasi sebab-sebab itu terdiri dari delapan jalan
atau marga. Ajaran ini merupakan khotbah pertama Buddha yang dipaparkan di
taman kijang di Benares. Dalam ajaran Buddha ini terdapat dua aliran yaitu
aliran hinayana dan mahayana.
DAFTAR PUSTAKA
Imron,M Ali.
(2015). Sejarah Terlengkap Agama-Agama Di Dunia. Yogyakarta: IRCiSoD
Hidiwijono,
Harun. (1977).Agama Hindu da Buddha. Jakarta:Badan Penerbit Kristen
Jirhamuddin.
(2010). Pengantar Studi Memahami Agama-Agama. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Mukti,A.
(1988). Agama-Agama di Dunia. Yogyakarta: Hanindita
Sou’yb, Josoef. (1996). Agama-Agama
Besar Di Dunia. Jakarta: Al-Husna
Sutisno,
Mudji. (1993). Buddhisme Pengaruhnya Dalam Abad Modern. Yogyakarta:
Kanisisus