Sabtu, 19 Agustus 2017



Pengembangan Pembelajaran Berbasis WEB Pembelajaran PAI
Disusun guna memenuhi ujian tengah semester mata kuliah media pembelajaran
Dosen Pengampu: Guntur Cahyono, M.Pd.
Disusun Oleh:
Oki Wariati  (23010150180)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017

Pengembangan Pembelajaran Berbasis WEB Pembelajaran PAI
Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada era globalisasi ini terutama internet telah memasuki seluruh aspek kebutuhan umat manusia terutama dalam bidang pendidikan. Jaringan internet yang tersedia beranekaragam sumber belajar dengan mudah diakses di seluruh pelosok tanah air kapan saja dan dimana saja. TIK memberikan kontribusi nyata dalam terealisasinya pembelajaran lebih mendalam, serta mampu memenuhi kebutuhan belajar siswa dengan tingkatan intelektual  yang beragam. Salah satu bentuk pemanfaatan TIK dalam dunia pendidikan akhir-akhir ini adalah pembelajaran berbasis web.
World Wide Web (WWW) adalah salah satu aplikasi layanan internet yang sangat populer, sehingga seolah-olah internet hanyalah web. Word Wide Web atau sering disebut web merupakan kumpulan dokumentasi terbesar yang tersimpan dalam berbagai server yang terhubung menjadi suatu jaringan. Dokumen ini dikembangkan dalam format hypertext dengan menggunakan Hypertex Markup Language (HTML).  Melalui format ini dimungkinkan terjadinya link dari suatu dokumen ke dokumen lain. Selain itu fasilitas ini bersifat multimedia, yang terdiri kombinasi unsur teks, foto, grafika, audio, animasi dan video (Isjoni, 2008: 14). Sehingga sangat besar pemanfaatan adanya web di kalangan siswa dalam belajar.
Sarana web menjadi semakin umum di sekolah. Dengan perubahan dari sebuah web “membaca” menjadi web “membaca/menulis”, para guru mampu menemukan cara-cara baru dalam menarik para siswa yang pandai teknologi, ke dalam aktivitas pendidikan berbasis komputer. Menerbitkan karya siswa ke dalam World Wide Web (www) merupakan sebuah alat penyediaan audiens global autentik untuk produksi-produksi kelas (Frida Dwiyanti Widjaya, 2013: 137).
Secara umum website memiliki beberapa fungsi, yaitu: fungsi komunikasi, fungsi informasi, fungsi hiburan, dan fungsi transaksi (Asep Herman Suyanto, 2006: 5). Berbagai fungsi yang dimiliki oleh website menyebabkan fleksibilitas pengembangannya untuk berbagai kepentingan terutama untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Dalam bukunya Sugandi, dkk (2004:9) menyatakan bahwa pembelajaran terjemahan dari kata “instruction” yang berarti self instruction (dari internal) dan eksternal instructions (dari eksternal). Maka pembelajaran adalah suatu aktivitas interaksi antara pendidik dengan peserta didik yang melalui sumber belajar dari lingkungan tersebut dengan adanya korelasi yang tersistem meliputi unsur-unsur manusiawi, fasilitas, perlengkapan, material, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran berbasis web adalah suatu kegiatan proses belajar mengajar yang dilakukan dengan memanfaatkan media situs (website) yang dapat diakses melalui jaringan internet yang terkoneksi atau terhubung secara simultan, sehingga memungkinkan untuk bertukar data dan informasi antar komputer. Hal itu dikenal dengan sebutan Web Based Learning (WBL) atau Web Based Education (WBE) merupakan salah satu jenis penerapan dari pembelajaran elektronik (e-learning). Dengan demikian dapat didefinisikan sebagai aplikasi teknologi web dalam dunia pembelajaran untuk sebuah proses pendidikan (Rusman, 2011: 335).
Dengan demikian pembelajaran berbasis web sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran untuk era sekarang ini. Melalui media pembelajaran berbasis web materi pembelajaran dapat diakses kapan saja dan dari mana saja, di samping itu materi juga dapat diperkaya dengan berbagai sumber belajar termasuk multimedia. Media pembelajaran berbasis web dapat dikembangkan dari yang sangat sederhana sampai yang kompleks. Sebagian media pembelajarn berbasis web hanya dibangun untuk menampilkan kumpulan materi. Disisi lain pengembangan pembelajaran berbasis web ini juga sangat penting untuk meningkatkan pendidikan yang mutu dan modern. Dalam bukunya Widjaya tertulis bahwa adanya pendidikan berbasis web menyebabkan guru mampu menemukan cara-cara baru dan menarik para siswa. Dengan begitu secara tidak langsung para siswa akan tertarik untuk mengikuti pembelajaran dan besar manfaat adanya pembelajaran berbasis web.
Mewujudkan pembelajaran berbasis web bukan sekedar meletakan materi belajar pada web untuk kemudian diakses melalui komputer web digunakan bukan hanya sebagai media alternatif pengganti kertas untuk menyimpan berbagai dokumentasi atau informasi. Web digunakan untuk mendapatkan sisi unggul yang tadi telah diungkap. Keunggulan yang tidak dimiliki media kertas ataupun media lain. Selain itu mengembangkan pembelajaran berbasis web yang efektif, memerlukan penerapan suatu pendekatan system dan prinsip-prinsip desain pembelajaran. Pendekatan system memberikan suatu kerangka kerja atau panduan pada kita sebagai seorang pengembang untuk mendesain materi pembelajaran. Guna mendapatkan desain pembelajaran efektif, pengembang harus berpegang pada prinsip-prinsip desain pembelajaran, sehingga materi pembelajaran yang dikembangkan memang berorientasi kepada siswa atau peserta didik dan akan meningkatkan efektivitas materi yang disajikan. Terutama dalam lingkup pendidikan agama islam. Pendidikan agama islam itu sendiri mencangkup beberapa aspek di dalamnya. Diantaranya tentang Ketuhanan, manusia, bahkan alam semesta ini. Pendidikan agama islam juga membutuhkan sarana media pembelajaran yang mampu meningkatkan pendidikan islam yang efektif.
Berbagai materi pokok dalam pendidikan agama islam dapat dilakukan dengan berbasis web. Secara sederhana saja, shalat, wudhu dan lain sebagainya biasanya sebelum mengenal web para pengajar mengajarkannya dengan praktik secara langsung oleh gurunya atau menjelaskan secara teori tanpa ada praktek sehingga pengetahuan yang didapat murid tersebut kuran efektif. Pendidikan web menjadiakan sesuatu itu lebih mudah dan fleksibel tergantung para penggunanya, pada permasalahan tersebut dapat diatasi secara mudah yaitu para siswa diperkenalkan dalam dunia pendidikan web untuk meningkatkan pengetahuan cecara cepat, tanggap dan efisien. Sehingga murid dapat melihat dan mendengar secara langsung. Tidak harus menunggu guru mengajarkan. Sebenarnya pendidikan berbasis web membuat seorang anak mandiri dalam memperoleh ilmu yang sangat luas dalam konteks agama islam. Pengajaran yang selalu menggunakan metode ceramah dan dakwah biasa yang digunakan oleh kalangan guru dalam mengajarkan kepada anak didiknya, yang mana anak didiknya akan merasa bosan dan semakin materi yang disampaikan tidak dapat diterima dengan baik. Adanya pengembangan pendidikan berbasis web dalam pendidikan PAI, memberikan inovasi perkembangan pembelajaran dalam konteks pendidikan agama islam yang efektif dan efisien. Maka peserta didik dengan mudah menerima dan membuat anak didik berkesan dengan materi tersebut.
Lain hal dalam lingkup mahasiswa. Kita dapat membayangkan suasana di ruang kelas ketika sebuah “proses pembelajaran” sedang berlangsung. Berapa banyak diantara mahasiswa aktif terlibat dalam diskusi dan sesi tanya-jawab? Apa yang mereka dilakukan? Dan tentunya masih banyak lagi pertanyaan-peranyaan lain yang sebenarnya kita sudah mengetahui jawabannya. Monitoring proses dalam pembelajaran berbasis web lebih sulit dibanding di ruang kelas. Menyediakan bahan belajar online tidak cukup. Diperlukan sebuah desain instruksional sebagai model belajar yang mengundang sejumlah (sama banyaknya dengan kegiatan di ruang kelas) mahasiswa untuk terlibat dalam berbagai kegiatan belajar.
Perkembangan pembelajaran berbasis web dalam pendidikan agama islam memiliki kemungkinan pemanfaatan yaitu dalam mata kuliah atau pembelajaran PAI dapat dikemas secara terpadu dalam web dapat dimanfaatkan untuk siswa-siswa pada sekolah umum dan madrasah. Bahan-bahan materi PAI dapat berupa teks, suara, gambar, vidio, animasi, stimulasi, dan lain-lain. Dengan adanya bahan-bahan tersebut materi PAI bisa mengkombinasikan satu-dua media. Pengembangan materi PAI juga dikemas secara interaktif dan menarik seperti yang sudah di bahas dalam paragraf sebelumnya. Salah satunya adalah mengintegrasikan berbagai macam media atau  multimedia. Sehingga siswa dapat memilih apa yang telah dikerjakan selanjutnya, bertanya, dan mendapatkan jawaban, maka siswa belajar dengan nyaman dan menyenangkan tidak merasa monoton, mengekang, dan tegang. Pembelajaran PAI memungkinkan berbeda dengan kuliah. Oleh karena itu dalam pengembangan halaman web harus memiliki karakteristik. Seperti evaluasi, afektif, dan psikomotorik.
            Implemetasi pembelajaran web memiliki langkah-langkah diantaranya, sebuah program pendidikan untuk meningkatkan mutu pembelajaran di lingkungan kampus harus dengan berbasis web; menetapkan sebuah mata kuliah pilihan jurusan;(Rusman, 2011:285) dua program pendidikan tersebut disampaikan berbagai macam kegiatan belajar secara kelompok. Belajar dan mengerjakan tugas secara kolaboratif.
DAFTAR PUSTAKA
Herman S, Asep. (2009). Step by Step Web Design theory and Practices. Yogyakarta: Andi
Isjoni. (2008). Pembelajaran Terkini. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rusman. (2011). Model-model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers
Sugandi, Achmad, dkk. (2004). Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES
Widjaya, Frida Dwiyanti. (2013). Teknologi Pendidikan Bagi Para Pemimpin Sekolah. Jakarta: PT. Indeks

Kamis, 20 April 2017



SEJARAH AGAMA BUDDHA DAN PAKAR AGAMANYA
Disusun guna memenuhi tugas ulangan tengah semester mata kuliah Perbandingan agama

  • Dosen Pengampu: Imamul Huda, M.Pd. I.


Disusun Oleh:
 1.      Muhammad Agus Bastian    (23010150157)
2.      Nurul Atika                            (23020250176)
3.      Oki Wariati                            (23010150180)



JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017



KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb.
Alhamdulilahhirrohmanirrohim, Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul“Sejarah Agama Buddha dan Pakar Agamanya ” sesuai waktu yang telah ditentukan. Makalah ini penulis buat bertujuan menambahkan wawasan tentang agama buddha. Terselesainya makalah ini juga tidak luput dari bantuan buku referensi dari perpustakaan dan teman-teman yang selalu mendukung dalam proses penyelesaiannya. Dan ucapan terima kasih kepada Imamul Huda, M.Pd. I. selaku dosen pengampu mata kuliah Perbandingan Agama.
Waktu, tenaga, pikiran telah penulis usahakan semaksimal mungkin. Namun, dalam usaha yang maksimal tersebut penulis menyadari tentu masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran akan penulis terima sebagai penyempurnaan makalah selanjutnya. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum wr. wb.




Salatiga,      April 2017
                             Penulis,









BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Agama adalah pondasi setiap umat, namun juga terdapat negara barat yang warganya tidak memiliki agama apapun atau tidak menganut agama apapun. Di Indonesia sendiri terdapat berbagai macam agama yang dianut salah satunya yaitu agama Buddha.
Di dalam mempelajari agama Buddha kita jangan terpengaruh pada kenyataan yang ada sekarang ini. Memang Jepang adalah negara yang menyebarluaskan agama Buddha Niciren Syosyu ini. Tapi kita harus membacanya secara ilmiah, bukan terpengaruh bahwa Jepang sekarang ini adalah negara maju, bahwa Jepang itu dulu kejam di Pontianak, di Indonesia. Kita harus memandang kenyataan tersebut dari sudut Buddhologi. Kalau kita memperdalam sejarah agama Buddha, maka setiap negara setiap waktu itu mempunyai arti di dalam penegakkan agama Buddha. Bila kita tinjau dari permulaan, agama Buddha dilahirkan di negara India dan yang pertama membabarkan adalah Sang Buddha Sakyamuni. Beliau sampai pada kesadaran pertama didalam keadaan masyarakat India yang saat itu, di mana masih ada kasta dan pemujaan terhadap bermacam-macam dewa.
Sehingga dari sekilas pemaparan tersebut penulis akan menjelaskan lebih rinci kembali mengenai sejarah dan bagaimana pakar dalam agama Buddha. Untuk itu penulis mengambil judul “Sejarah Agama Buddha dan Pakar Agamanya”.
B.     Rumusan Masalah
1.                   Apa pengertian Agama Buddha?
2.                   Bagaimana lahirnya sejarah Agama Buddha?
3.                   Bagaimana kisah Buddha Gautama?
4.                   Sejarah perkembangan Agama Buddha?
5.                   Siapa pembawa ajaran Agama Buddha?
6.                   Apa saja agama yang dibawa Buddha?
7.                   Bagaimana konsep Ketuhanan beserta kitab sucinya?
8.                   Bagaimana ajaran-ajaran pokok Agama Buddha?
9.                   Bagaimana aliran-aliran dalam Agama Buddha?
C.       Tujuan Masalah
1.         Untuk mengetahui pengertian Agama Buddha.
2.         Untuk mengetahui lahirnya sejarah Agama Buddhha.
3.         Untuk mengetahui kisah Buddha Gautama.
4.         Untuk mengetahui perkembangan Agama Buddha
5.         Untuk mengetahui pembawa ajaran Agama Buddha
6.         Untuk mengetahui agama yang dibawa Buddha
7.         Untuk mengetahui konsep Ketuhanan beserta kitab sucinya
8.         Untuk mengetahui ajaran-ajaran pokok Agama Buddha
9.         Untuk mengetahui aliran-aliran dalam Agama Buddha











BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Agama Buddha
Kata agama berasal dari kata Sansekerta untuk menunjuk kepercayaan agama Hindhu dan Buddha. Dalam perkembangannya kata ini diserap ke dalam bahasa Indonesia dan di pakai untuk menyebut kepercayaan yang ada di Indonesia secara umum. Menurut Harun Nasution, kata agama berasal dari kata A dan Gam, A diartikan tidak dan gam diartikan pergi. Jadi, secara harfiah agama berarti tidak pergi.[1]
Kata “Buddha” berarti “Yang Sadar” atau “Yang Tercerahkan”.[2] Sesosok Buddha sebelumnya adalah seorang manusia seperti kita, yang berhasil mencapai puncak tertinggi pengembangan spiritual, melalui pemurnian dan pengendalian pikiran, mencapai penyempurnaan tertinggi yang juga dimungkinkan bagi siapa saja. Setelah menyadari Kebenaran, Ia adalah sosok yang telah menemukan Kebahagiaan Sejati dalam menyadari hakikat sejati dari segala sesuatu. Dengan pencapaian Pencerahan (menyadari kebenaran sebagaimana adanya). Kebijaksanaan dan Welas Asih menjadi sempurna, di samping sifat-sifat positif lain yang tak terhitung jumlahnya. Sesudah menjadi sesosok Buddha, yang bersangkutan melalui keterbatasan manusia dan menjadi jauh lebih agung daripada seorang manusia, meraih kedamaian dan pembebasan tertinggi.[3]
Perkataan Buddha terbentuk dari kata kerja “budh” yang artinya bangun; bangun dari dalam kesesatan dan keluar ditengah-tengah cahaya pemandangan yang benar. Buddha adalah orang yang mendapat pengetahuan dengan tidak mendapat wahyu dari Tuhan dan bukan lagi seorang guru, sebagaimana disebutkan dalam Mahavagga1, 67,; “Aku sendiri yang mencapai pengetahuan, akan kukatakan pengikut siapakah aku ini? Aku tak mempunyai guru, aku guru yang tak ada bandingannya.”[4]
B.     Sejarah Lahirnya Agama Buddha
Agama Buddha lahir dan berkembang pada abad ke-6 SM. Agama ini memperoleh namanya dari panggilan yang diberikan kepada pendirinya yaitu Siddharta Gautama. Yang memiliki sebutan Buddha. Siddharta Gautama mendapat sebutan Buddha, setelah menjalani sikap hidup penuh kesucian, bertapa, berkhalwat, mengembara untuk mencari kebenaran selama hampir tujuh tahun lamanya, dan di bawah sebuah pohon yang besar di kota Goya ia memperoleh hikmat dan cahaya hingga sampai kini pohon tersebut disebut Pohon hikmat.[5]
Dalam kepercayaan para pemeluk agama Buddha, diketahui beribu-ribu orang yang mendapatkan gelar kehormatan Buddha. Untuk masa sekarang orang yang dapat pencerahan dan gelar tersebut adalah Sidharta Gautama, Buddha yang ke 28 sekaligus pendiri agama Buddha sebagaimana yang kita kenal.
Selain mendapatkan gelar Buddha, Sidharta juga telah mendapat gelar Bhagoua (orang yang menjadi sendiri tanpa guru yang mengajar sebelumnya), sakya mimi (petapa dari suku Sakya), Sakya sumba (singa dari suku Sakya), Sugata (orang yang datang dengan selamat), Suaria Siddha (orang yang terkabul semua permintaannya).
Jika kita telusuri lebih jauh, secara etimologi, kata Buddha berasal dari “Buddh” yang berarti bangun atau bangkit, dan dapat pula berarti pergi dari kalangan orang bawah atau orang awam. Kata kerjanya “bujjhati”, antara lain berarti bangun, mendapatkan pencerahan, mengetahui, mengenal, atau mengerti. Dengan kata lain, Buddha mengandung beberapa pengertian diantaranya ialah orang yang telah memperoleh kebijaksanaan sempurna, orang sadar secara spiritual, orang yang siap sedia menyadarkan orang lain secara spiritual, serta orang yang bersih dari kotoran batin yang berupa dosa (kebencian), labha (serakah), dan moha (kegelapan).[6]
Dengan demikian Buddha adalah orang yang telah mencapai penerangan sempurna. Semua yang serupa dengan Siddartha Gautama yang menjadi pendiri agama Buddha, telah mendapatkan julukan dengan nama Buddha, karena ia adalah seorang yang telah mencapai penerangan sempurna, pada waktu usia 35 tahun atau lebih dari 2.500 tahun silam di India.[7]
Setelah kehidupan awalnya yang penuh kemewahan di bawah perlindungan ayahnya, raja Kapilawastu (kemudian hari digabungkan pada kerajaan Magadha), Sidharta melihat kenyataan kehidupan sehari-hari dan menarik kesimpulan bahwa kehidupan nyata, pada hakekatnya adalah kesengsaraan yang tak dapat dihindari. Sidhartha kemudian meninggalkan kehidupan mewahnya yang tak ada artinya lalu menjadi seorang pertapa. Kemudian ia mendapat bahwa bertapa juga tak ada artinya, dan lalu mencapai jalan tengah (majhima patibada). Jalan tengah ini merupakan sebuah kompromis anatar kehidupan berfoya-foya yang terlalu memuaskan hawa nafsu dan kehidupan bertapa yang terlalu menyiksa diri.
Di bawah pohon Bodhi, ia berkaul tidak akan pernah meninggalkan posisinya sampai ia menemukan kebenaran. Pada usia 35 tahun, ia mencapai Pencerahan. Pada saat itu dikenal dengan Gautama Buddha, atau hanya “Budha” saja, sebuah kata Sansekerta yang berarti “ia yang sadar” (dari kata budhta). Untuk 45 tahun selanjutnya, ia menelusuri dataran Gangga di tengah India (daerah mengalirnya sungai Gangga dan anak-anak sungainya), sembari menyebarkan ajarannya kepada sejumlah orang yang berbeda-beda. Keenggangan Nudha untuk mengangkat seorang penerus atau meresmikan ajarannya mengakibatkan munculnya banyak aliran dalam waktu 400 tahun selanjutnya: pertama aliran-aliran mahzab Budha Nikayayang sekarang masih tersisa Theravada, dan kemudian terbentuknya mahzab Mahayana, sebuah gerakan pan-Buddha yang didasarkan pada penerimaan kitab-kitab baru. Hari-hari besar umat Buddha itu disebut dengan hari raya Tri Suci Waisak merupakan hari raya terbesar agama Buddha, dimana memperingati tiga peristiwa penting yakni kelahiran Sidharta, pencapaian penerangan yang sempurna, dan parinibbana-nya sang Buddha.[8]
Hal yang melatarbelakangi masyarakat berpindah dari agama hindu ke agama Buddha yaitu karena dalam ajaran agama Buddha tidak adanya kesenjangan sosial politik (kasta), serta mempunyai aturan hidup sehingga jauh dari kekerasan.
C.    Kisah Buddha Gautama
Buddha bukan nama orang melainkan gelar. Nama pendiri agama Buddha ialah Sidharta Gautama atau biasa disebut Cakyamuni, artinya orang tapa dari suku turunan cakyas. Sidharta Gautama dilahirkan dari seorang raja Sudhodana di Kapilawastu, sebelah utara Benares di daerah Nepal sekarang, di lereng pegunungan Himalaya pada tahun 566 sebelum Masehi. Diwaktu beliau dilahirkan oleh beberapa orang Brahmana pandai, diramalkan bahwa anak itu akan meninggalkan keraton dan menjadi bikshu, yakni seorang padri yang hidupnya mengemis. Sudhodana sangat masgul mendengar ramalan itu. Ia mencoba memikat hati putranda dengan memanjakannya dengan segala kenikmatan hidup.[9] Dengan cara demikian tidaklah akan timbul keinginannya untuk meninggalkan segala kenikmatan itu dan menggantinya dengan hidup yang serba berat dan penuh penderitaan sebagai bikshu. Untuk Sidharta didirikan keraton indah-indah. Disekitarnya, hanya ada orang muda, sehat dan cantik, hingga Sidharta tak lagi mengenal sakit, kesusahan, kesengsaraan, dan memauan.
Ia mendapat pengajaran yang sempurna dalam segala kecakapan dan ilmu yang perlu bagi seorang Ksatria, sehingga dalam segala pertandingan ia selalu menang. Istri Yasodhara didapatkan dalam sebuah Swayamwara, sesuai dengan kaum Ksatrya pada masa itu. Ia kawin dikala umur 15 tahun, dan mendapat seorang putra bernama Ragula. Demikianlah hidup Sidharta selalu diliputikesenangan dan kenikmatan, tapi hukum karma tak dapat dielakkan, segala tembok dan segala peraturan sia-sia belaka. Beberapa peristiwa menggoncangkan hidupnya, secara kebetulan ia berturut-turut, melihat 4 peristiwa, 1 seorang panti jompo, 2 orang sakit, 3 mayat yang sedang diangkut dan 4. seorang pengemis keramat.[10]
Pada waktu perginya para dewa membantunya. Ia pergi pada suatu malam dengan menaiki kudanya Kanthaka dan diiringi oleh pengawalnya Ghanna namanya. Pagi hari setelah Sidharta jauh dari Kapilawastu dan sampai di hutan, pakainnya yang serba indah dibukanya dan diganti dengan pakaian sederhana. Ia berjalan kaki dan kuda beserta pengawalnya Ghanna disuruh pulang. Ia terus mengembara mencari pengetahuan batin yang setinggi-tingginya. Enam tahun ia mengembara, belum juga dapat apa yang dicarinya. Pada waktu ia duduk di bawah pohon Bodhi (=ilmu pengetahuan, keinsyafan) datanglah si dewa jahat menggoda, tidak dapat dikalahkannya. Dan sesudah mengalahkannya itu, ia tahu, mahatahu. Ia tahu sebab segala penderitaan di dunia ini, dan bagaimana cara menghilangkannya. Sejak itulah Sidharta menjadi Buddha artinya disinari. Menurut riwayat , peristiwa itu terjadi pada tahun 531 sebelum Masehi, dan pada waktu itu Sidharta berusia 35 tahun.[11]
Ia menyiarkan keyakinannya di negeri-negeri suci Buddha selama 45 tahun, ia melihat penganut-penganutnya makin bertambah, bahkan raja-raja, rakyat se negara datang berduyun-duyun meminta wejangan petunjuk hidup. Ketika 80 tahun Cakyamuni meninggal, atau dikatakannya menurut istilah ke-buddhaan ia naik ke Nirwana. Jenazahnya dibakar dengan upacara kebesaran dan abunya dibagi-bagikan kepada penganut-penganutnya yang datang dari tempat jauh, dalam 8 bagian, lalu disimpan dalam upacara pula dalam stupa yang istimewa. Bagi seorang penganut Buddha di negerinya ada 4 tempat suci yaitu tempat lahir Buddha di Kapilawastu; pohon Bodhi dimana pikirannya mulai terbuka; Bernares, tempat ia mulai mengajarkan ajarannya yang pertama kali; tempat ia meninggal dunia di Kucinagara.[12]
D.    Sejarah Perkembangan Agama Buddha
Agama Buddha berganti-ganti mengalami masa maju dan surut. Sejak Sang Buddha Gautama pertamakali mengajarkan agama yang dibawanya, beliau selalu mendapat hasil yang cemerlang. Banyak orang mau mendengarkan pengajarannya dan menjadi pengikutnya. Buddha mendapat hasil besar dalam usaha menyebarkan ajarannya, karena ia bertindak terhadap agama Brahmana yang sedang merosot pada waktu itu.
 Kemudian disusul pula oleh suatu kemajuan yang diperoleh pada waktu Pemeritnah Kaisah Ashoka pada tahun 272 sebelum Masehi, sehingga waktu itu agama Buddha dijadikan agama negara. Putra raja sendiri Mahinda menjadi pengajar agama dan dikirim ke Sailan. Tahun 232 sM. Raja Ashoka wafat. Sesudah mengalami suatu kemajuan yang pesat, yaitu antara tahun 200 dan 800 maka tibalah masa surut selama 4 abad. Mnejelang permulaan kekuasaaan Islam di sekitar tahun 1200 agama Buddha kehilangan pengaruh di India, hingga dewasa ini tinggal beberapa ratus ribu jiwa saja jumlah pengikut Buddha di India, dan mereka tinggal sebagianbesar di Sailan.[13] Di negeri-negeri Asia yang lain masih terdapat penganut berhubung dengan banyaknya pengikut-pengikut Buddha sejak dahulu kala dan karena kebijaksanaan yang memancar dari pengajarannya, dapatlah Buddha disebut “sinar timur dari India”. Walaupun agama Buddha mengalami kemunduran dan kemusnahan di negerinys yang asli, tetapi di luar India agama ini menjejakkan kakinya dengan kuat sampai sekarang ini.
Pada abad kesatu Masehi para pengajar Buddha mulai masuk ke Tiongkok. Abad keempat Masehi agama Buddha di Tiongkok sudah mendapat temapt yang utama dan tersiar luas. Dari Tiongkok terus meluas ke Korea. Pada pertengahan abad ke V M. Birma di Buddhakan oleh Sailan. Setelah seabad kemudian Jepang di Buddhakan oleh Korea, dan seterusnya Muang Thai juga memeluk agama Buddha. Dahulu kala agama Buddha tersiar juga di Indonesia. Mula-mula Buddha Hinayana, yakni pada permulaan zaman Hindu. Kemudian pada abad ke VII M. Agaam Buddha Mahayana masuk ke Sriwijaya dan pada abad ke VII masuk ke Jawa, yang menyebarkan timbulnya candi-candi komplek Borobudur, Kalasan dan candi sewu. Candi-candi itu memang bentuknya tidak sama dengan bangunan-bangunan di dtempat asal Buddha. Akhirnya agama Buddha di persatukan dengan Ciwaisme, juga dengan kepercayaan-kepercayaan asli orang Indonesia, hingga timbul seorang dewa yang bernama Ciwa Buddha. Dan akhirnya sekarang sedikit sekali orang yang bergama Buddha.[14]
Beberapa tahun lalu, kebetulan pada masa Eropa, orang sedang giat menyelidiki alam fikiran dan agama Timur, agama Buddha pun mulai dikenal. Nilai-nilai pengajaran Gautama dengan halusnya jalan fikiran dan cita-cita kelepasannya memang berlainan dengan agama-agama yang biasa dianut oleh orang Eropa Barat. Karena itu banyak orang Eropa dan kemudian juga orang Amerika, yang merasa tertarik mereka masuk agama Buddha.
Jumlah penganut agama Buddha diduga hingga sekarang ada 500 juta orang, di Amerika saja ditaksir ada 160 ribu orang.[15] Agama Buddha sebagai suatu aliran, sebagai satu agama dunia disamping agama-agama lain dan sebagai saru cara berfikir manusia dalam percobaan hendak memecahkan soal hubungan anatara makhluk dan yang Maha Ghaib, juga dijadikan suatu mata pelajaran dalam perguruan-perguruan tinggi di dunia.
E.     Pembawa Ajaran Agama Buddha
Banyak orang yang menyakini bahwa Sidharta memiliki keistimewaan yang tidak dimilii oleh orang pada umunya. Konon keistimewaan itu sudah terlihat dan mengiringi Sidartha sejak ia masih di dalam kandungan. Setelah mengalami proses kelahiran yang penuh keajaiban itu, Sidartha Gautama menjalani hidup sebagai putra raja Sudhodhanan.
Kehidupan secara garis besar dibagi atas empat periode, yaitu[16]:
1.      Buddha sebagai pangeran Sidartha
Periode ini dimulai sejak dari kelahiran Sidartha hingga ia berusia 29 tahun. Ia hanya ingin menjadi Buddha jika ia melepaskan kedudukan atas tahta yang ditawarkan oleh orang tuanya. Sebenarnya, raja Sudhodhana lebih menginginkan agar Sidartha menjadi raja yang besar dan berkuasa ketimbang menjadi seorang Buddha. Pertama, tanpa diduga ia bertemu dengan orang yang sudah sangat tua diluar istana; kedua, ia bertemu dengan orang yang sakit mengerikan; ketiga, dengan orang yang meninggal dunia; keempat, ia berjumpa dengan petapa yang sederhana yang memperlihatkan wajah penuh kedamaian dan pandangannya sangat tenang. Karena beberapa perjumpaan tersebut, Sidartha kemudian memutuskan meninggalkan istana pada tahun 29 tahun, setelah itu Sidharta menyepi tujuh hari tujuh malam disungai Anoma untuk merenungi kehidupan yang dijalaninya.
2.      Sidartha Gautama sebagai seorang petapa
Setelah tujuh malam merenungi kehidupan, Sidartha Gutama kemudian berguru pada dua Brahmana yang termasyur dimasa itu, yaituAlaraklama dan Udnaka Ramaputra. Akan tetapi pelajaran yang diperoleh dari kedua Brahmana tersebut tidak mampu memuaskan hati dan dahaga Sidartha. Karena itulah, ia memutuskan untuk meninggalkan kedua pendeta itu. Selanjutnya ia menuju dan tinggal di Uruwela. Semenjak Tinggal di Uruwela, Sidartha memulai kehidupannya yang baru. Ia menjalani hidup dengan menyiksa diri, berpuasa, serta menjalani segala cobaan untuk menguasai dirinya. Sejak, saat itu dikenal dengan pertapa suci. Kemudian, ada lima orang pertapa yang berguru kepadanya untuk mencari kebahagiaan hidup, yaitu Kondana, Badiya, Wappa, Mahanama, Asaji. Karena dia sadar cara bertapanya yang salah, akhirnya Sidartha menghentikan ritual tapanya. Maka sejak itu, ia bertekat menempuh jalan yang dianggapnya benar, dengan usahanya sendiri menyelidiki, merenungkan, dan menembus kedalam batinnya sendiri. Selain berusaha menguatkan kekuatan batinnya Sidartha juga melatih dirinya untuk menguasai keinginan-keinginan terhadap kenikmatan dan rangsangan indrawi.
3.      Mendapatkan penerangan dan menjadi Buddha
Setelah melalui perjuangan yang panjang dari beberapa ritual yang ia lakukan, akhirnya Sidartha berhasil mendapatkan penerangan dan menjadi Buddha. Dalam meditasi itu , Sidartha berhasil mendapat petunjuk berupa ilmu pengetahuan tinggi yang meliputi hal-hal berikut:
a)      Pubbenivasanussati, yaitu pengetahuan tentang hidup dan proses kelahiran kembali
b)      Dibacakku, yaitu pengetahuan dari mata dewa dan mata batin
c)      Cuti upapatana, yaitu pengetahuan bahwa timbul dan hilangnya bentuk-bentuk kehidupan, baik atau buruknya bergantung pada perilaku masing-masing
d)     Asyakkhyanana, pengetahuan tentang padanya semua kecenderungan dan avidya, tentang mehilangkan ketidaktahuan
Akhirnya pada usia 35 tahun, Sidartha berhasil menjadi menjadi buddha setelah tercapainya penerangan tersebut. Ia pun menjadi Accharya Manusa atau guru bagi manusia untuk mendapatkan penerangan hidup dan melepaskan diri dari kesengsaraan.
4.      Mengajarkan Darma
Setelah mendapatkan penerangan dan pengetahuan yang sempurna, Sidartha bangkit dari pertapaannya dan berangkat menuju kota Benares, tempat suci dan tempat ziarah bagi penganut agama Hindu. Sebelum sampai dikota Bernares, disuatu tempat yang bernama Sarnath, ia berjumpa dengan lima rahib bekas muridnya.
Kelima murid Sidartha tersebut yang kemudian menyampaikan dan mengajarkan himpunan ucapannya, yang disebut sebagai khotbah pertama dalam sejarah agama Buddha. Kotbah pertama itulah yang menjadi asas dasar ajaran seluruh agama Buddha yang kemudian terkenal dengan sebutan “empat kebenaran utama”. (catu arya sacca) dan “delapan jalan kebajikan” (arya attha ngika magga).
Selama kurang lebih 45 tahun, Sidartha Gautama berkelana menyebarkan Darma kepada umat manusia dengan penuh cinta kasih, dan kasih sayang. Saat usia 80 tahun ia mulai berfirasat dan menyadari bahwa 3 bulan lagi, ia kana mencapai parinibbana.
Suatu waktu menjelang akhir kehidupannya Sidartha Gautama memberikan kotbah darma terakhir kepada siswa-siswinya. Ketika itu, kondisinya sedang sakit dan terbaring diantara dua pohon sala di kusinagara saat memberikan wejangan kepada murid-muridnya. Setelah itu ia parinibbana (versi Buddiame mahaya, ia wafat pada 486 SM hari ke 15 bulan ke dua kalender Lunar. Sedangkan menurut versi WFB ialah ada bulan Mei 543 SM.
F.     Agama Yang Dibawa Buddha
Sebenarnya agama Buddha seperti yang sekarang ini tak dapat disebut “agama” dalam arti yang sebenarnya, karena tak ada dalam agama Buddha ajaran tentang Tuhan dan sebagainya, seperti yang didapat dalam agama-agama lain. Dewa dalam agama Buddha bersifat sebagai makhluk, takluk kepada hukum alam “rusak” dan “berubah” seperti manusia. Beberapa riwayat yang pernah dikemukakan oleh para ahli filsafat, yaitu Buddha pernah berkata bahwa beliau  tidak sebagai makhluk, takluk kepada hukum alam “rusak” dan berubah.[17]
Buddha Gautama sendiri bukanlah Tuhan atau penjelmaan Tuhan di dunia ini, melainkan seorang manusia biasa. Dalam agama Buddha tidak pernah diajarkan, bahwa seseorang Buddha itu menjadi pencinta alam ini, atau memeritnah dunia, melainkan hanya guru yang memberikan pengajaran yang benar kepada manusia. Agama Buddha lebih tepat disebut The philosophy of life (filsafat hidup) yang mempunyai pokok-pokok pelajaran tentang pelepasan dari penderitaan kekuatannya sendiri.[18] Selanjutnya agama Buddha tidak mengakui kesucian kitab-kitab Weda, dan tentang status manusia, Buddha telah menentukan bahwa manusia itu seluruhnya sama, tidak ada kelebihan satu sama yang lain, melainkan dengan zuhud dan pengetahuannya.
Pokok-pokok ajaran agama Buddha terdapat tiga bagian[19]:
1.      Tentang Buddha yang teladan hidupnya sebagai tuntutan bagi penganut-penganutnya sudah sepintas kilas kita ketahui pada bab pertama.
2.      Dharma adalah pengakuan atau syahadat bagi orang Buddha, yaitu:
a)      “Saya berlindung diri di bawah Buddha”
b)      “Saya berlindung diri di bawah Dharma”
c)      “Saya berlindung diri di bawah Sagha”
Dharma atau kewajiban hidup, artinya wet atau hukum bagi orang Buddha. Ringkasnya termasuk apa yang dinamakan kenyataan utama empat, dan dalam rantai atau rangkaian dua belas. Dua hal inilah yang dipakai oleh Sang. Cakyamuni di waktu ia duduk di bawah pohon Bodhi.
Kenyataan Utama Empat Caryastyani atau biasa disebut kenenaran, mengandung hukum[20]:
1.      Manusia hidup pasti disertai penderitaan
2.      Yang menyebabkan penderitaan adalah keinginan
3.      Penderitaan dapat dihilangkan oleh karena memadamkan keinginan dan dapat mencapai nirwana
4.      Memadamkan keinginan dan mencapai nirwana itu dapat tercapai dengan hidup melalui delapan jalan, yaitu hidup menurut peraturan yang diterapkan oleh Buddha.
Delapan jalan yang diterapkan Buddha ialah sebagai berikut:
1.      Kepercayaan yang benar
2.      Kehendak dan angan-angan yang benar
3.      Perkataan yang benar
4.      Tingkah laku yang benar. No. 1 s/d 4, (empat dari delapan ini untuk semua orang dan selanjutnya dari no. 5 s/d 8 khusus bagi para rahib).
5.      Cara hidup yang benar
6.      Semangat yang benar dalam mempelajari undang-undang
7.      Minat yang benar dalam mengingat undang-undang
8.      Bersamadi yang benar
Orang yang patuh pada delapan jalan tersebut di atas ada empat tingkat:
1.      Tingkat mereka yang mulai masuk agama Buddha
2.      Tingkat mereka yang akan lahir ke bumi sekali lagi
3.      Tingkat mereka yang tidak akan lahir kembali
4.      Tingkat arhat yang mencapai kelepasan sebagai manusia di dunia ini dan bila mati akan masuk langsung ke nirwana
Dalam buku Winaya, salah satu dari buku Tripilaka, di mana, ada tertulis beberapa hal yang diajarkan oleh Buddha untuk mematikan nafsu hidup artinya untuk berfikir dan hidup yang baik yang terkenal dengan nama dasasila atau sepuluh larangan, yaitu[21]:
1.      Tidak boleh membunuh
2.      Tidak boleh mengambil sesuatu tanpa izin
3.      Tidak boleh berzina
4.      Tidak boleh makan dan minum yang memabukkan
5.      Tidak boleh berbuat bohong
6.      Tidak boleh melhat tontonan kesenangan seperti nyanyian-nyanyian, tari-tarian dan sebagainya
7.      Tidak boleh memakai karangan bunga, bau-bauan dan perhiasan diluar batas
8.      Tidak boleh tidur di tempat tidur serba mewah
9.      Tidak boleh makan, kecuali dalam waktu yang telah ditentukan
10.  Tidak boleh menerima hadiah emas atau perak
Para rahib atau bikshu itu kepalanya harus gundul dan berpakaian kuning. Setiap hari mereka harus mencari makanannya dengan minta-minta dari rumah ke rumah, dan hanya untuk makan sekali sehari saja. Mereka diam bersama-sama di biara, masing-masing dalam sebuah bilik dan disitu mereka tafakur bersemedi untuk mencari tingkat Buddha. Pada waktu yang ditentukan mereka harus berpuasa (upawasa).
G.    Konsep Ketuhanan Beserta Kitab Sucinya
Perlu ditekankan bahwa Buddha bukan Tuhan. Konsep ketuhanan dalam agama Buddha berbeda dengan konsep ketuhanan dalam agama samawi. Dimana alam semesta diciptakan oleh Tuhan dan tujuan akhir dari hidup manusia adalah kembali ke surga ciptaan yang kekal. Bila kita mempelajari ajaran agama Buddha dalam kitab suci tripitaka maka bukan hanya konsep ketuhanan yang berbeda dengan konsep ketuhana yang lain, tetapi tidak sama pula. Konsep agama Buddha yang berlainan dengan konsep agama lain anatara lain adalah konsep tentang alam smeesta, terbentunya bumi dan manusia, kehidupan manusia di alam semesta, kiamat dan keslamatan atau kebebasan.
Didalam agama Buddha tujuan akhir manusia adalah mencapai kebuddhaan (anutara samyak sambodhi) atau pencerahan sejati dimana roh manusia tidak lagi mengalami lagi tumimbal lahir. Untuk mencapai itu pertlongan dan bantuan dari pihak lain tidak ada pengaruhnya. Tidak ada dewa-dewa yang membantunya, hanya dengan kebuddhaan dapat dicapai. Buddha hanya merupakan contoh, juru pandu, dan guru bagi makhluk yang perlu melalui jalan mereka sendiri, mencapai pencerahan rohani, dan melihat kebenaran dan realita yang sebenar-benarnya.
Sebagaimana agama islam dan kristen, agama buddha juga menjunjung tinggi nilai kemoralan. Selain nilai-nilai moral, agama Buddha juga amat menjunjung tinggi karma sebagai sesuatu yang berpegang pada prinsip sebab akibat. Kamma atau bahasa pali atau karma (bahasa dalam sansekerta) berarti perbuatan atau aksi. Jadi, pada aksi atau karma baik dan ada pula aksi atau karma buruk. Saat ini, istilah karma sudah terasa umum digunakan, namun cenderung diartikan secara keliru sebagai hukuman turunan atau hukuman berat dan lain sebagainya. Guru Buddha dalam nibbedhik sutta, anguttara nikaya VI: 63 menjelaskan secara jelas arti dari kama: “para bikkhu, cetana (kehendak)lah yang kunyatakan sebagai kama. Setelah berkehendak, orang melakukan tindakan lewat tubuh, ucapan atau pikiran”. Jadi, kamma berarti semua jenis kehendak atau cetana, perbuatan yang baik maupun buruk yang dilakukan, oleh jasmani (kaya), perkataan (vaci), dan pikiran (mano), yang baik (kusala), maupun yang jahat (akusala). Kamma atau disebut sebagai hukum kamma merupakan hukum alam yang bekerja bedasarkan prinsip sebab akibat. Selama suatu makhluk berkehendak, melalui kamma perbuatan sebagai sebab maka akan menimbulkan akibat atau hasil. Akibat atau hasil yang ditimbulkan dari kamma disebut sebagai kamma vipaka.[22]
Tatkala sesudah Buddha Gautama meninggal pada tahu 483 SM, sembilan ratus murid  berembug terkait rumusan sari pokok-pokok ajaran damma dan itu cukup direkam dan disebar luaskan secara turun temurun dengan lisan setelah 1 abad, ada konsili kedua pada pertengahan abad ke empat disinilah awal mula menjadi dua aliran. Aliran pertama yakni golongan konservatif yang masa pada belakangan lebih dikenal dengan aliran theravada, aliran ini lebih bersikap mempertahankan kesederhanaan ajaran sakiyamuni. Sedangkan golongan kedua yakni golongan liberal, yang memberikan penafsiran-penafsiran lebih bebas dari ajaran sakiya muni dan belakangan dikenal dengan aliran mahayana. Pada tahun 244 SM dterjadi konsili ke tiga yang dilakukan oleh anjuran kaisar asoka. Pada masa itu pokok-pokok ajaran buddha disusun secara tertulis didalam bahasa pali, terdiri dari tiga himpunan yang disebut dengan Tripitaka. Arti Tripitaka sendiri yakni Tri itu bermakna tiga, dan pitaka itu bermakna bakul, tapi dimaksudnya bakul hikmat.[23]
H.    Ajaran-Ajaran Pokok Agama Buddha
Isi dari penerangan yang diterima Gautama itulah yang menjadi pokok ajaran Buddhisme. Pada ajaran itu terdiri dari empat kebenaran pokok (arya satyani). Berikut empat kenenaran luhur itu, yaitu pertama, hidup adalah menderita (dukkha). Kedua, penderitaan itu ada sebabnya (samudaya). Ketiga, sengsara bisa dibatasi dengan melenyapkan keinginan (niroda). Keempat, jalan mengatasi sebab-sebab itu terdiri dari delapan jalan atau marga. Ajaran ini merupakan khotbah pertama Buddha yang dipaparkan di taman kijang di Benares.[24]
I.       Aliran-aliran Agama Buddha
Didalam Agama Buddha terbagi menjadi dua aliran, yaitu Hinayana dan Mahayana. Di dalam Hinayana terdapat dua macam pokok yaitu: Theravada dan Sarwastivada. Sedangkan di Mahayana pecah mejadi banyak aliran. Tiap-tiap aliran menekankan salah satu dari banyak jalan untuk mendapatkan kelepasan. Pada kira-kira tahun 150 M. didirikan aliran Madhyamika oleh Nagarjuna, yang mengajarkan bahwa kelepasan dapat di capai dengan melaksanakan hikmat, dalam arti merenungkan sunyata (kekosongan).  Sedangkan Aliran Yogacara yang didirikan oleh Asanga, yang dipengaruhi oleh falsafah Samkhya. Sesudah tahun 500 M. Agama Buddha di pengaruhi oleh aliran Tantra, yang berkembang di Napal, Tibet, Jepang, Jawa dan Sumatra.[25]
Hinayana dikenal sebagai Kendaraan kecil, merupakan golongan yang mempertahankan ajaran asli Buddha Gautama. Walaupun terbukti telah menyimpang juga dari ajaran asli itu sendiri. Sedangkan Mahayana dikenal sebagai Kendaraan besar. Yaitu golongan pembaharu agama Buddha yang lebih banyak menyimpang dari aslinya. Dan mempunyai penganut yang lebih banyak di banding aliran Hinayana.
1.      Aliran Hinayana
Perpercahan antara Hinayana dan Mahanyana berkisar pada dua hal, yaitu mengenai Pribadi Buddha dan  ajaran tentang Dharma dan Nirwana. Aliran Hinayan mempunyai kepercayaan bahwa dunia kita ini telah beberapa kali di datangi Buddha sebagai pengajara kepada manusia supaya terhindar dari penderitaan dan dapat mencapai Nirwana. Jarak waktu kedatangan Sang Buddhaterjadi pada masa yang lama sekali. Untuk periode sekarang ini Sang Buddha ialah Siddharta Gautama. Di masa yang akan dating aka nada lagi Buddha yang lain yang sekarang masih bersemanyam di Surga. Calon Buddha itu di sebut Boddhisatwa. Ajaran aliran Hinayana mengenai Dharma dan Nirwana adalah sebagai berikut:
a)      Segala sesuatu bersifat fana dan hanya berada untuk sesaat saja. Apa yang berbeda untuk sesaat saja itu disebut dharma. Oleh karena itu tidak ada sesuatu yang tetap berada. Tidak ada aku yang merasa, sebab yang ada adalah perasaan, demikian seterusnya.
b)      Dharma-dharma adalah kenyataan atau relitasyang kecil dan pendek. Yang berkelompok sebagai sebab dan akibat. Karena pengaliran dharma yang terus-menerus maka timbullah kesadaran aku yang palsu atau ada”perorangan” yang palsu.
c)      Tujuan Hidup ialah mencapai Nirwana, tempat kesadaran ditiadakan. Sebab segala kesadaran adalah belenggu karena kesadaran tidak lain adalah kesadaran terhadap sesuatu. Apakah yang tinggal berada di dalam Nirwana itu, sebenarnya tidak diuraikan dengan jelas.
d)     Cita-cita yang tertinggi ialah menjadai arhat, yaitu orang yang sudah berhenti keinginannya, ketidaktahuannya, dan sebagainya, dan oleh karenanya tidak ditaklukkan lagi pada kelahiran kembali.[26]
Kitab Suci Hinayana:
a)      Vinaya Pitaka, (peraturan-peraturan golongan para Bhiksu) berbicara mengenai Sangha. Terdiri dari 3 buah tulisan yang yang membicarakan peraturan peraturan tata-tertib bagi para bhiksu.
b)      Sutta Pitaka, (keranjang pengajaran). Memuat 4 buah kumpulan yang besar dari pelajaran buddha. terdiri dari bermacam-macam ceramah yang diberikan oleh Buddha.
c)      Abhimdhamma Pitaka, berisi analisis ajaran Buddha. Terdiri dari 7 buah naskah, yang merupakan uraian-uraian ilmiah yanmg kering tentang dogmatika.

2.      Aliran Mahayana
Ada dua kata kunci di dalam ajaran Mahayana yang selalu ada di setiap tulisan-tulisan Mahayana dan dua kata kunci itu adalah Boddhisatwa dan Sunyata. Di aliran Mahanyana mengajarkan bahwa di samping Buddha-buddha dunia pada hakikatnya hanyalah merupakan bayangan Buddha-buddha surga. Asal segala sesuatu yang ada ini disebut Adhi Buddha.[27]Ajaran Sang Buddha. Mahayana, yang dilahirkan di India, digunakan atas tiga pengertian utama:
a)   Sebagai tradisi yang masih berbeda, Mahanyana merupakan kumpulan terbesar dari dua tradisi Agama Buddha yang ada sekarang ini, yang lainnya adalah Theravada pembagian ini sering kali diperdebatkan oleh bebagai kelompok.
b)    Menurut cara pembagian Klasifikasi filosofi Agama  Buddha berdasarkan aliran Mahayana, Mahayana merujuk kepada tingkatan motifasi spiritual yang juga di kenal dengan sebutan Bodhisattvayana berdasarkan pembagian ini, pendekatan pilihan yang lain disebut Hinayana, atau Sharavakayana. Hal ini juga di kenal dalam ajaran Theravada, tetapi tidak di anggap sebagai pendekatan yang sesuai.
c)  Mahayana merujuk kepada satu dari tiga jalan menuju pencerahan, dua lainnya adalah Hinayana dan Vajrayana. Pembagian pengajaran dalam Agama Buddha Vajrayana, dan tidak dikenal dalam ajaran Agama Buddha Mahayana dan Theravada. Walaupun asal-usul keberadaan Mahayana mengacu pada Buddha Gautama, para sejarawan berkesimpulan bahwa Mahayana berasal dari India pada abad ke 1, atau abad ke 1 SM.  Menurut sejarawan, Mahayana menjadi gerakan utama dalam Agama Buddha di India pada abad ke 5, mulai masa tersebut naskah-naskah Mahayana mulai muncul pada catatan prasasti di India.  Sebelum abad ke 11 (ketika Mahayana masih berada di India), Sutra-sutra Mahayana masih berada dalam proses perbaikan. Oleh karena itu, beragam sutra dari sutra yang sama mungkin muncul. Terjemahan-terjemahan ini tidak dianggap oleh para sejarawan dalam membentuk sejarah Mahayana. Dalam perjalanan sejarahnya, Mahayana menyebar keseluruh Asia Timur. Negara-negara yang menganut ajaran Mahayana sekarang ini adalah Cina, Jepang,Korea dan Vietnam dan penganut Agama Buddha Tibet (etnis Himalaya yang diakibatkan oleh invasi Cina ke Tibet).  Aliran Agama Buddha Mahayana sekarang ini adalah “Pure Land”, Zen, Nichiren, Singon, Tibetan dan Tendai. Ketiga terakhir memiliki aliran pengajaran baik Mahayana maupun Vajrayana.















PENUTUP
Kesimpulan
Buddha adalah orang yang telah mencapai penerangan sempurna. Agama Buddha merupakan agama yang dibawa oleh Sidartha Gautama. Melaui kisah-kisdahnya. Buddha Gautama sendiri bukanlah Tuhan atau penjelmaan Tuhan di dunia ini, melainkan seorang manusia biasa. Konsep ketuhanan dalam agama Buddha berbeda dengan konsep ketuhanan dalam agama samawi. Dimana alam semesta diciptakan oleh Tuhan dan tujuan akhir dari hidup manusia adalah kembali ke surga ciptaan yang kekal. Bila kita mempelajari ajaran agama Buddha dalam kitab suci tripitaka maka bukan hanya konsep ketuhanan yang berbeda dengan konsep ketuhana yang lain, tetapi tidak sama pula.
Terdapat ajaran dari Sidartha Gautama yang terdiri dari empat kebenaran pokok (arya satyani), yaitu pertama, hidup adalah menderita (dukkha). Kedua, penderitaan itu ada sebabnya (samudaya). Ketiga, sengsara bisa dibatasi dengan melenyapkan keinginan (niroda). Keempat, jalan mengatasi sebab-sebab itu terdiri dari delapan jalan atau marga. Ajaran ini merupakan khotbah pertama Buddha yang dipaparkan di taman kijang di Benares. Dalam ajaran Buddha ini terdapat dua aliran yaitu aliran hinayana dan mahayana.











DAFTAR PUSTAKA
Ajat Sudrajat, dkk. (2008).Din Al-Islam Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Negeri. Yogyakarta: UNY Press
Firai, Moh. (1983). Perbandingan Agama, Cet. VII. Semarang: Wicaksana
Imron,M Ali. (2015). Sejarah Terlengkap Agama-Agama Di Dunia. Yogyakarta: IRCiSoD
Hidiwijono, Harun. (1977).Agama Hindu da Buddha. Jakarta:Badan Penerbit Kristen
Jirhamuddin. (2010). Pengantar Studi Memahami Agama-Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mukti,A. (1988). Agama-Agama di Dunia. Yogyakarta: Hanindita
Wahid Winoto, dkk. (2007).Jadilah Pelita Ajaran Sejati Buddha, Cet.I. Jakarta: Ehipassiko Foundation
Sou’yb, Josoef. (1996). Agama-Agama Besar  Di Dunia. Jakarta: Al-Husna
Sutisno, Mudji. (1993). Buddhisme Pengaruhnya Dalam Abad Modern. Yogyakarta: Kanisisus
Us Samad, Ulfa Aziz. (2004).Agama-Agama Besar Dunia. Jakarta: Darul Kutubul Islamiyah
Sou’yb,Joesoef. 1983.Agama-Agama Besar Di Dunia. Jakarta: Pustaka Al Husna



[1]Ajat Sudrajat, dkk, Al-Islam Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Negeri, (Yogyakarta: UNY Press), hlm. 6.
[2]Wahid Winoto, dkk, Jadilah Pelita Ajaran Sejati Buddha,Cet.I, (Jakarta: Ehipassiko Foundation, 2007), hlm. 7.
[3]Ibid., hlm. 8.
[4]Moh Firai, Perbandingan Agama, Cet. VII, (Semarang: Wicaksana, 1983), hlm. 92.
[5]Joesoef Sou’yb, Agama-Agama Besar Di Dunia, (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1983), hlm. 72.
[6]A Mukti, Agama-Agama di Dunia, (Yogyakarta: Hanindita, 1988), hlm. 102.
[7]M Ali Imron, Sejarah Terlengkap Agama-Agama Di Dunia, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2015), hlm. 117-118.
[8]Jirhamuddin, Pengantar Studi Memahami Agama-Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 97.
[9]Moh Firai, Perbandingan Agama, Cet. VII, hlm. 92.
[10]Ibid., hlm. 93.
[11]Ibid., hlm. 94.
[12]Ibid.,
[13]Ibid., hlm. 98.
[14]Ibid., hlm. 99.
[15]Ibid., hlm. 100.
[16]Jirhamuddin, Pengantar Studi Memahami Agama-Agama,hlm. 118-124.
[17]Moh Firai, Perbandingan Agama, Cet. VII, hlm. 94.
[18]Ibid., hlm 95.
[19]Ibid.,
[20]Ibid., hlm. 96.
[21]Ibid.,
[22]Ulfa Aziz Us Samad, Agama-Agama Besar Dunia, (Jakarta: Darul Kutubul Islamiyah, 2004), hlm. 54.
[23]Josoef Sou’yb, Agama-Agama Besar  Di Dunia, (Jakarta: Al-Husna, 1996), hlm. 84.
[24]Mudji Sutisno, Buddhisme Pengaruhnya Dalam Abad Modern, (Yogyakarta: Kanisisus, 1993), hlm. 23.
[25]Harun Hidiwijono, Agama Hindu da Buddha, (Jakarta: Badan Penerbit Kristen, 1977), hlm. 68.
[26]Ibid.,
[27]Ibid., hlm. 69.